
TRANS TV - Tak Ada Konsep Hari Sial, Semua Dikendalikan oleh Allah | Akidah Islam dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada hari, tanggal, atau bulan yang secara otomatis membawa kesialan atau keberuntungan. Keyakinan masyarakat tentang hari-hari sial, tanggal terlarang, atau bulan yang dianggap membawa malapetaka—seperti mitos seputar bulan Safar, adalah warisan jahiliyah yang ditolak dengan tegas oleh syariat.
Rasulullah SAW telah mengoreksi kesalahpahaman ini dengan sabdanya yang terkenal: "Tidak ada 'Adwa (penyakit menular dengan sendirinya), tidak ada Thiyarah (anggapan sial), tidak ada Hâmah (burung hantu pembawa sial), dan tidak ada Shafar (anggapan sial pada bulan Safar)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Penolakan yang tegas ini bertujuan untuk menjaga kemurnian tauhid, bahwa segala kebaikan dan keburukan, musibah dan keselamatan, semata-mata berasal dari takdir Allah SWT. Mengaitkan nasib baik atau buruk kepada waktu, benda, atau pertanda tertentu, alih-alih kepada kuasa Allah, justru dapat menjerumuskan seorang Muslim ke dalam jurang syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil.
Akidah ini mengharuskan setiap Muslim untuk menghapus keyakinan tathayyur, yaitu menganggap sial karena sesuatu yang dilihat, didengar, atau diketahui—dari hati mereka. Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan: “Thiyarah adalah syirik, Thiyarah adalah syirik.” (HR. Abu Dawud, di-shahih-kan oleh Al-Albani).
Dosa ini muncul karena meyakini adanya kekuatan lain yang menentukan nasib di luar kehendak Allah, padahal Dia-lah penguasa tunggal atas waktu dan segala isinya. Kunci utama untuk menghilangkan anggapan sial adalah dengan memperkuat sikap tawakkal sepenuhnya kepada Allah Ta'ala.