i-Pedia

Sejarah Andong, dari Kereta Bangsawan hingga Daya Tarik Wisata

i-Pedia
CLOSE
SHARE

TRANS TV - Sejarah Andong, dari Kereta Bangsawan hingga Daya Tarik Wisata | Sejarah andong di Yogyakarta memiliki akar yang dalam dan menarik, dimulai dari masa kejayaan Keraton. Awalnya, andong bukanlah alat transportasi yang bisa digunakan oleh semua orang. Di era Sultan Hamengku Buwono VII, sekitar awal abad ke-19, andong, yang saat itu lebih dikenal sebagai kereta kencana, adalah kendaraan eksklusif untuk raja, keluarga kerajaan, dan para bangsawan. Rakyat biasa hanya diizinkan menggunakan alat transportasi yang lebih sederhana seperti gerobak sapi atau dokar. 

Namun, seiring waktu, fungsi andong mulai berubah di zaman Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa itu, para pedagang dan saudagar diizinkan untuk menggunakan andong untuk mengangkut barang dagangan atau sebagai angkutan dari pinggiran kota menuju pusat. Inilah awal mula andong bertransformasi menjadi bagian dari transportasi umum, meskipun masih terbatas pada kalangan tertentu.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan modernisasi, fungsi andong di Yogyakarta mengalami perubahan yang signifikan. Meskipun kendaraan bermotor semakin mendominasi jalanan, andong tetap bertahan dan berevolusi menjadi salah satu ikon pariwisata yang tak terpisahkan dari Kota Gudeg, terutama di kawasan Malioboro. 

Saat ini, andong tidak lagi menjadi pilihan utama untuk aktivitas sehari-hari, melainkan menjadi daya tarik unik bagi para wisatawan yang ingin merasakan sensasi bernostalgia, menikmati suasana kota dengan irama yang lebih santai, dan menyelami kekayaan budaya lokal. Para kusir andong kini juga berperan sebagai pemandu wisata, berbagi cerita menarik tentang Yogyakarta kepada penumpang, menjadikan pengalaman naik andong lebih dari sekadar perjalanan.

Photo by Farhan Abas on Unsplash