
TRANS TV - Tanjidor, Kesenian Musik Khas Betawi di Antara Modernisasi | Kesenian Tanjidor, bentuk seni orkestra Betawi yang sangat dicintai, telah memukau penonton sejak abad ke-19. Menurut penelitian sejarah yang diterbitkan oleh Museum Nasional Indonesia, seni unik ini dipelopori oleh Augustijn Michiels, yang juga dikenal sebagai Mayor Jantje, seorang pemilik tanah di kawasan Citrap (sekarang Citeureup).
Awalnya, kelompok musik ini dimainkan oleh budak untuk menghibur tuan tanah Belanda. Alat musiknya yang khas, mirip dengan orkestra drumben—seperti terompet, piston, trombon, drum, dan simbal—membuatnya mudah dikenali. Warisan budaya ini mencerminkan akulturasi yang mendalam, menggabungkan struktur orkestra Eropa dengan semangat dan repertoar musik Betawi lokal.
Meskipun Tanjidor pernah menjadi sorotan utama dalam perayaan dan acara komunitas, kehadirannya di abad ke-21 menghadapi tantangan signifikan. Data dari Kantor Kebudayaan DKI Jakarta menunjukkan bahwa dari banyak kelompok yang aktif pada 1980-an, hanya sedikit yang masih tampil secara teratur, seperti Sanggar Buaya Tanjidor. Ancaman utama bagi kelangsungan hidupnya meliputi kurangnya talenta baru dan pergeseran selera musik di kawasan metropolitan.