
TRANS TV - Mitos Jidat Jenong Sering Dikaitkan dengan Kecerdasan | Mitos tentang jidat jenong atau dahi yang terlihat menonjol dan lebar telah mengakar kuat dalam berbagai budaya. Sering kali, ini dikaitkan dengan sifat-sifat positif seperti kecerdasan tinggi, keberuntungan, dan karakter yang bijaksana serta sabar.
Kepercayaan ini bahkan dipopulerkan oleh teori-teori non-ilmiah seperti frenologi di masa lalu, yang mengklaim bahwa bentuk kepala bisa menentukan kepribadian seseorang. Namun, pandangan budaya yang lebih modern, seperti yang terlihat dalam seni Renaisans hingga beberapa tradisi Hindu, justru menganggap dahi lebar sebagai simbol keindahan, kemakmuran, dan kekuasaan.
Namun, jika kita melihat dari sudut pandang medis dan ilmiah, anggapan bahwa jidat jenong secara otomatis menandakan kepintaran adalah mitos belaka. Secara anatomi, jidat jenong hanyalah variasi normal dari bentuk tengkorak manusia, yang sebagian besar ditentukan oleh faktor genetika* atau keturunan, khususnya bentuk tulang frontal (tulang dahi).
Meskipun ada kondisi medis langka seperti frontal bossing yang menyebabkan penonjolan berlebihan, secara umum, bentuk dahi tidak ada hubungannya langsung dengan kemampuan kognitif atau tingkat kecerdasan seseorang. Kecerdasan adalah sifat yang kompleks, dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup, bukan hanya lebar atau tonjolan tulang dahi.